Bismillah, Selamat Datang Di Hidayat Hilal Blog

Semoga isi blog ini dapat bermanfaat.

Firman Allah Ta'ala

Katakanlah: Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, maka ikutilah (sunnah/petunjuk)ku, niscaya Allah mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu, Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. QS. Ali ‘Imran:31.

Hadits Rasulullah Shallallahu'alaihiwasallam

Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu ilmu yang bermanfaat, rizki yang halal dan amalan yang diterima. HR. Ibnu Majah (www.muslim.or.id)

Perkataan Ulama

Dunia kampung amal dan akhirat kampung balasan, barang siapa yang tidak beramal di sini akan menyesal di sana. Nasehat Imam Ahmad Radhiallahuanhu.

Tuesday, October 20, 2015

3 Wasiat Nabi

(Sumber Gambar : muslim.or.id)

Kita mungkin pernah mendengar istilah ulama menyebut “Jawami’ul Kalim”. Istilah itu memiliki makna: bahasa yang singkat, namun punya makna yang sangat mendalam. Hal inilah yang sering kita jumpai dalam sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Salah satunya dalam hadits berikut,
عَنْ أَبِي ذَرّ جُنْدُبْ بْنِ جُنَادَةَ وَأَبِي عَبْدِ الرَّحْمَنِ مُعَاذ بْن جَبَلٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا عَنْ رَسُوْلِ اللهِ صلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : اِتَّقِ اللهَ حَيْثُمَا كُنْتَ، وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا، وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ ” [رواه الترمذي وقال حديث حسن وفي بعض النسخ حسن صحيح]

“Dari Abu Dzar Jundub bin Junadah dan Abu Abdirrahman Muadz bin Jabal radhiyallahu ‘anhuma, dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam beliau bersabda, “Bertakwalah kepada Allah di mana pun engkau berada. Iringilah keburukan dengan kebaikan, niscaya kebaikan tersebut akan menghapuskan (keburukan). Dan pergauilah manusia dengan akhlak yang mulia.” (HR. At-Tirmidzi, dan dia berkata: Hadits Hasan Shahih).

Dalam hadits di atas, terkandung 3 wasiat Nabi yang sangat penting, baik hubungan manusia kepada Allah maupun hubungan manusia ke sesama manusia.

1. Perintah Takwa dimana pun kita berada
اِتَّقِ اللهَ حَيْثُمَا كُنْتَ
Nabi tidak hanya memerintahkan takwa semata, namun bertakwa dimana pun kita berada, baik di tengah keramaian maupun di sunyi bersendirian. Inilah takwa yang sebenar benarnya, dan takwa yang paling berat.
Sebagaimana kata Imam Syafi’i rahimahullah
وقال الشافعي : أعزُّ الأشياء ثلاثة : الجودُ من قِلَّة ، والورعُ في خَلوة ، وكلمةُ الحقِّ عند من يُرجى ويُخاف

Imam Syafii mengatakan, “Perkara yang paling berat itu ada 3, dermawan saat memiliki sedikit harta, meninggalkan hal yang haram saat sendirian dan mengatakan kebenaran saat berada di dekat orang yang diharapkan kebaikannya atau ditakuti kejahatannya” (Jami’ Ulum wa Hikam 2/18).
Ketika seorang bersendirian, menyepi tanpa ada yang mengetahui, maka hal itu akan mendorongnya untuk lebih mudah bermaksiat. Kecuali ia sadar betul bahwa Allah senantiasa mengawasinya, dan rasa takutnya menjadi lebih besar sehingga ia tidak berani melakukan kemaksiatan.
Contoh mudah adalah orang yang sedang berpuasa. Ketika berada di khalayak ramai, ia menahan diri dan mengaku berpuasa. Namun ketika bersendirian, ia diam-diam berpuka puasa. Hal ini tidak akan terjadi kecuali ia memiliki rasa takut yang besar kepada Allah.

2. Segera lakukan amal shalih
وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَ
Hadits di atas menjelaskan perintah untuk bersegera melakukan kebaikan tatkala terjerumus dalam keburukan. Tidak seperti anggapan sebagian orang, jika sudah terciprat, maka tercebur sekalian saja biar basah. Hal ini adalah anggapan yang sangat keliru. Bahkan hadits yang mulia ini menjelaskan perintah untuk segera bertaubat. Karena taubat adalah bagian dari amal shalih yang paling mulia dan harus disegerakan.
Allah Ta’ala berfirman,
وَتُوبُوا إِلَى اللَّهِ جَمِيعًا أَيُّهَا الْمُؤْمِنُونَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
“Dan bertaubatlah kamu semua kepada Allah, wahai orang-orang yang beriman agar kamu beruntung.” (QS. An-Nur: 31)

Hadits di atas juga menerangkan bahwa perbuatan baik yang dilakukan, akan menghapuskan dosa. Tentunya dosa yang terhapus hanyalah dosa kecil, karena dosa besar hanya terhapus jika pelakunya benar-benar telah bertaubat.

Sebagaimana sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam
الصَّلَوَاتُ الْخَمْسُ وَالْجُمُعَةُ إِلَى الْجُمُعَةِ وَرَمَضاَنُ إِلَى رَمَضَانَ مُكَفِّرَاتٌ مَا بَيْنَهُنَّ إِذَا اجْتُنِبَتِ الْكَبَائِرُ
“Shalat 5 waktu, dari Jumat ke Jumat selanjutnya, serta Ramadhan ke Ramadhan adalah sebagai penghapus dosa di antara waktu itu, selama menjauhi dosa-dosa besar.” (HR. Muslim No. 233).
Sehingga jelaslah bahwa yang dihapus hanyalah dosa kecil saja. Oleh karena itu, ketika seorang muslim terjerumus dalam dosa dan maksiat, maka wajib baginya untuk segera bertaubat dan melakukan amal shalih.

3. Akhlak Mulia kepada manusia
وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ
Wasiat yang terakhir adalah perintah untuk berakhlak yang mulia kepada sesama manusia. Setelah 2 wasiat di atas menyebutkan perintah yang berhubungan antara Allah dan manusia. Contoh gampang dalam berakhlak mulia adalah senyuman yang diiringi wajah yang berseri dan bertegur sapa ketika bertemu.
Oleh karena itu, Rasulullah mengkaitkan antara akhlak dengan iman yang sempurna. Dimana Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أَكْمَلُ الْمُؤْمِنِينَ إِيمَانًا أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا
“Mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling bagus akhlaknya.” (HR. At-Tirmidzi No. 2612, ia berkata: Hadits Shahih).

Bahkan dalam hadits lain juga disebutkan bahwa orang yang paling dekat dengan Rasulullah pada hari kiamat adalah yang paling bagus akhlaknya. Orang yang memiliki akhlak mulia, tidak hanya dicintai oleh Rasulullah, namun ia akan dicintai oleh manusia yang lainnya.

(Refrensi : muslim.or.id)

Sunday, July 12, 2015

Orang-Orang Mukmin Pasti Menang

(Sumber Gambar : unsplash.com)

Jika orang-orang mukmin telah ridho Allah sebagai Rabb mereka, Islam sebagai dien mereka, dan Muhammad sebagai Nabi dan Rasul mereka,  mereka pasti akan memperoleh kemenangan. Tidak ada keraguan lagi. Janji Allah Azza Wa Jalla itu pasti akan datang.
Allah berfirman :
“Allah telah menetapkan: “Aku dan rasul-rasul-Ku pasti menang”. Sesungguhnya Allah Maha Kuat lagi Maha Perkasa”. (QS. Al-Mujadalah ; 21).
“Sesungguhnya Kami menolong rasul-rasul Kami dan orang-orang yang beriman pada kehidupan dunia dan pada hari berdirinya saksi-saksi (hari Kiamat)”. (QS. Al-Mukmin; 51)

Sebaliknya terhadap orang-orang musyrik Allah Rabbul Alamin menuturkan:
“Mereka tidak henti-hentinya memerangi kamu sampai mereka (dapat) mengembalikan kamu dari agamamu (kepada kekafiran), seandainya mereka sanggup. Barangsiapa yang murtad diantara kamu ari agamanya, lalu dia mati dalam kekafiran, maka mereka itulah yang sia-sia amalannya di dunia dan di akhirat, dan mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya. Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah, mereka itu mengharapkan rahmat Allah, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (QS. Al-Baqarah ; 217-218)

Allah Rabbul Alamin juga menyampaikan bagaimana sikap orang Yahudi dan Nasrani terhadap orang-orang mukmin :
“Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu, sehingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah : “Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk yang sebenarnya. “Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung bagimu”. (QS. Al-Baqarah ; 120)

Inilah ‘qonun’ (undang-undang) yang diturunkan oleh Allah Azza Wa Jalla, yaitu pertolongan Allah kepada hamba-hambanya yang beriman (mukmin), dan mempunyai sikap teguh (tsabat), tidak pernah terbujuk oleh ajakan dan bujukan orang-orang musyrik (Yahudi dan Nasrani). Sehingga, karena sikapnya yang  teguh dalam beriman, maka mereka akan mendapatkan kemenangan.

Permusuhan antara orang-orang musyrik dengan orang-orang mukmin itu, bersifat kekal abadi, dan tidak akan pernah berubah permusuhan mereka terhadap orang-orang mukmin. Semenjak Adam AS menjejakkan kakinya di bumi, dan sampai hari kiamat nanti. Mereka, orang-orang Yahudi dan Nasrani akan terus memusuhi dengan permusuhan yang sangat keras, serta orang-orang atheis akan selalu membuat makar dan tipu daya siang dan malam, sehingga dapat membabat habis Islam dan mencabut sampai ke akar-akarnya.

Selama orang-orang mukmin itu istiqomah (konsisten) diatas kebenaran, maka dunia seluruhnya akan menyerang dan mengeroyok orang-orang mukmin. Itu sudah aksiomatik. Sekali-kali tidak akan pernah berhenti permusuhan itu, dan berlangsung sampai akhir zaman.

Tidak selayaknya orang-orang mukmin mengingkari ‘qonun’ (undang-undang) Ilahi ini. Tidak mungkin orang-orang musyrikin (kafirin), seperti Yahudi dan Nasrani akan menjadi teman, dan dapat menjadi pelindung orang-orang mukmin. Karena itu bertentangan dengan ‘qonun’, yaitu Al-Qur’anul Karim, yang itu merupakan wahya dari Allah Ta’ala.

Terus bersikap istiqomahlah dengan ad-dinul haq (al-Islam), yang merupakan asas dasar bagi kehidupan orang-orang mukmin. Jadikan ‘qonun’ Rabbani ini menjadi pegangan dan ikatan yang kuat (tali buhul), yang harus tetap dipegang sampai Allah memanggil. Wallahu’alam.

(Refrensi : www.eramuslim.com)

Thursday, May 7, 2015

Bacaan Sujud



(Sumber Gambar : muslim.or.id)

Berikut adalah ragam bacaan sujud ketika sholat : 
Pertama,
سُبْحَانَ رَبِّيَ الْأَعْلَى
Subhaana rabbiyal a’laa (3 kali)
Beliau pernah membaca doa ini berulang-ulang ketika sujud shalat malam, sehingga sujud beliau hampir sama lamanya dengan berdiri beliau.

Kedua,
سُبْحَانَ رَبِّيَ الْأَعْلَى وَبِحَمْدِهِ
Subhaana rabbiyal a’laa wa bihamdih (3 kali)

Ketiga,
سُبُّوحٌ قُدُّوسٌ، رَبُّ الْمَلَائِكَةِ وَالرُّوحِ
Subbuuhun qudduusun rabbul malaaikati war ruuh
Yang dimaksud ruuh dalam doa ini adalah Malaikat Jibril

Keempat,
سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ رَبَّنَا وَبِحَمْدِكَ اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي
Subhaa-nakallahumma rabbanaa wa biham-dika allaahum-maghfil-lii
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam banyak membaca doa ini dalam rukuk dan sujudnya, setelah turun surat An-Nashr. Beliau lakukan demikian, dalam rangka mengamalkan perintah di akhir surat An-Nashr. (HR. Bukhari)

Kelima,
اللهُمَّ اغْفِرْ لِي ذَنْبِي كُلَّهُ دِقَّهُ، وَجُلَّهُ، وَأَوَّلَهُ وَآخِرَهُ وَعَلَانِيَتَهُ وَسِرَّه
Allahummagh-fir-lii dzan-bii kullahuu, diqqahuu, wa jullahuu, wa awwa-lahuu, wa aa-khirahuu, wa ‘alaa-niya-tahuu wa sirrahuu

Keenam,
اللهُمَّ لَكَ سَجَدْتُ، وَبِكَ آمَنْتُ، وَلَكَ أَسْلَمْتُ، سَجَدَ وَجْهِي لِلَّذِي خَلَقَهُ، وَصَوَّرَهُ، وَشَقَّ سَمْعَهُ وَبَصَرَهُ، تَبَارَكَ اللهُ أَحْسَنُ الْخَالِقِينَ
Allahumma laka sajad-tu, wa bika aamantu, wa laka aslam-tu. Sajada wajhii lilladzii khala-qahuu, wa shawwa-rahuu, wa syaqqa sam’ahuu wa basharahuu, tabaarakallahu ahsanul khaaliqiin.

Ketujuh,
سُبْحَانَ ذِي الْجَبَرُوتِ وَالْمَلَكُوتِ وَالْكِبْرِيَاءِ وَالْعَظَمَةِ
Subhaana dzil jabaruut, wal malakuut, walkibriyaa, wal ‘adzamah

Doa sujud ini pernah beliau baca ketika shalat malam. Beliau mengulang-ulang lama sekali. Karena ketika berdiri, beliau membaca surat Al-Baqarah.

Ada juga beberapa doa sujud yang khusus dibaca ketika shalat malam. Berikut diantaranya,
Pertama,
سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ
Subhaanaka allahumma wa bihamdika laa ilaaha illa anta

Kedua,
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي مَا أَسْرَرْتُ وَمَا أَعْلَنْتُ
Allahummagh-firlii maa asrar-tu wa maa a’lantu

Ketiga,
اللهُمَّ أَعُوذُ بِرِضَاكَ مِنْ سَخَطِكَ، وَبِمُعَافَاتِكَ مِنْ عُقُوبَتِكَ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنْكَ لَا أُحْصِي ثَنَاءً عَلَيْكَ أَنْتَ كَمَا أَثْنَيْتَ عَلَى نَفْسِكَ
allahumma innii a-‘uudzu bi ridhaa-ka min sakhatik, wa bi mu’aafatika min ‘uquubatik, wa a-‘uudzu bika min-ka, laa uh-shii tsa-naa-an ‘alaika anta, kamaa ats-naita ‘alaa nafsik

Berdasarkan keterangan A’isyah, doa ini dibaca Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika beliau sujud pada saat shalat malam.

(Refrensi : carasholat.com)