(Sumber
Gambar : muslim.or.id)
Kita
mungkin pernah mendengar istilah ulama menyebut “Jawami’ul Kalim”.
Istilah itu memiliki makna: bahasa yang singkat, namun punya makna yang sangat
mendalam. Hal inilah yang sering kita jumpai dalam sabda Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam. Salah satunya dalam hadits berikut,
عَنْ
أَبِي ذَرّ جُنْدُبْ بْنِ جُنَادَةَ وَأَبِي عَبْدِ الرَّحْمَنِ مُعَاذ بْن جَبَلٍ
رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا عَنْ رَسُوْلِ اللهِ صلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ
: اِتَّقِ اللهَ حَيْثُمَا كُنْتَ، وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا،
وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ ” [رواه الترمذي وقال حديث حسن وفي بعض النسخ حسن
صحيح]
“Dari
Abu Dzar Jundub bin Junadah dan Abu Abdirrahman Muadz bin Jabal radhiyallahu
‘anhuma, dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam beliau bersabda, “Bertakwalah
kepada Allah di mana pun engkau berada. Iringilah keburukan dengan kebaikan,
niscaya kebaikan tersebut akan menghapuskan (keburukan). Dan pergauilah manusia
dengan akhlak yang mulia.” (HR. At-Tirmidzi, dan dia berkata: Hadits Hasan
Shahih).
Dalam
hadits di atas, terkandung 3 wasiat Nabi yang sangat penting, baik hubungan
manusia kepada Allah maupun hubungan manusia ke sesama manusia.
1. Perintah Takwa dimana pun kita berada
اِتَّقِ
اللهَ حَيْثُمَا كُنْتَ
Nabi
tidak hanya memerintahkan takwa semata, namun bertakwa dimana pun kita berada,
baik di tengah keramaian maupun di sunyi bersendirian. Inilah takwa yang
sebenar benarnya, dan takwa yang paling berat.
Sebagaimana
kata Imam Syafi’i rahimahullah
وقال
الشافعي : أعزُّ الأشياء ثلاثة : الجودُ من قِلَّة ، والورعُ في خَلوة ، وكلمةُ الحقِّ
عند من يُرجى ويُخاف
Imam
Syafii mengatakan, “Perkara yang paling berat itu ada 3, dermawan saat memiliki
sedikit harta, meninggalkan hal yang haram saat sendirian dan mengatakan
kebenaran saat berada di dekat orang yang diharapkan kebaikannya atau ditakuti
kejahatannya” (Jami’ Ulum wa Hikam 2/18).
Ketika
seorang bersendirian, menyepi tanpa ada yang mengetahui, maka hal itu akan
mendorongnya untuk lebih mudah bermaksiat. Kecuali ia sadar betul bahwa Allah
senantiasa mengawasinya, dan rasa takutnya menjadi lebih besar sehingga ia
tidak berani melakukan kemaksiatan.
Contoh
mudah adalah orang yang sedang berpuasa. Ketika berada di khalayak ramai, ia
menahan diri dan mengaku berpuasa. Namun ketika bersendirian, ia diam-diam
berpuka puasa.
Hal ini tidak akan terjadi kecuali ia memiliki rasa takut yang besar kepada
Allah.
2. Segera lakukan amal shalih
وَأَتْبِعِ
السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَ
Hadits
di atas menjelaskan perintah untuk bersegera melakukan kebaikan tatkala
terjerumus dalam keburukan. Tidak seperti anggapan sebagian orang, jika sudah
terciprat, maka tercebur sekalian saja biar basah. Hal ini adalah anggapan yang
sangat keliru. Bahkan hadits yang mulia ini menjelaskan perintah untuk segera
bertaubat. Karena taubat adalah bagian dari amal shalih yang paling mulia dan
harus disegerakan.
Allah
Ta’ala berfirman,
وَتُوبُوا
إِلَى اللَّهِ جَمِيعًا أَيُّهَا الْمُؤْمِنُونَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
“Dan
bertaubatlah kamu semua kepada Allah, wahai orang-orang yang beriman agar kamu
beruntung.” (QS. An-Nur: 31)
Hadits
di atas juga menerangkan bahwa perbuatan baik yang dilakukan, akan menghapuskan
dosa. Tentunya dosa yang terhapus hanyalah dosa kecil, karena dosa besar hanya
terhapus jika pelakunya benar-benar telah bertaubat.
Sebagaimana
sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam
الصَّلَوَاتُ
الْخَمْسُ وَالْجُمُعَةُ إِلَى الْجُمُعَةِ وَرَمَضاَنُ إِلَى رَمَضَانَ مُكَفِّرَاتٌ
مَا بَيْنَهُنَّ إِذَا اجْتُنِبَتِ الْكَبَائِرُ
“Shalat
5 waktu, dari Jumat ke Jumat selanjutnya, serta Ramadhan ke Ramadhan adalah
sebagai penghapus dosa di antara waktu itu, selama menjauhi dosa-dosa besar.”
(HR. Muslim No. 233).
Sehingga
jelaslah bahwa yang dihapus hanyalah dosa kecil saja. Oleh karena itu, ketika
seorang muslim terjerumus dalam dosa dan maksiat, maka wajib baginya untuk
segera bertaubat dan melakukan amal shalih.
3. Akhlak Mulia kepada manusia
وَخَالِقِ
النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ
Wasiat
yang terakhir adalah perintah untuk berakhlak yang mulia kepada sesama manusia.
Setelah 2 wasiat di atas menyebutkan perintah yang berhubungan antara Allah dan
manusia. Contoh gampang dalam berakhlak mulia adalah senyuman yang diiringi wajah
yang berseri dan bertegur sapa ketika bertemu.
Oleh
karena itu, Rasulullah mengkaitkan antara akhlak dengan iman yang sempurna.
Dimana Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أَكْمَلُ
الْمُؤْمِنِينَ إِيمَانًا أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا
“Mukmin
yang paling sempurna imannya adalah yang paling bagus akhlaknya.” (HR.
At-Tirmidzi No. 2612, ia berkata: Hadits Shahih).
Bahkan
dalam hadits lain juga disebutkan bahwa orang yang paling dekat dengan
Rasulullah pada hari kiamat adalah yang paling bagus akhlaknya. Orang yang
memiliki akhlak mulia, tidak hanya dicintai oleh Rasulullah, namun ia akan
dicintai oleh manusia yang lainnya.
(Refrensi : muslim.or.id)