Bismillah, Selamat Datang Di Hidayat Hilal Blog

Semoga isi blog ini dapat bermanfaat.

Firman Allah Ta'ala

Katakanlah: Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, maka ikutilah (sunnah/petunjuk)ku, niscaya Allah mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu, Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. QS. Ali ‘Imran:31.

Hadits Rasulullah Shallallahu'alaihiwasallam

Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu ilmu yang bermanfaat, rizki yang halal dan amalan yang diterima. HR. Ibnu Majah (www.muslim.or.id)

Perkataan Ulama

Dunia kampung amal dan akhirat kampung balasan, barang siapa yang tidak beramal di sini akan menyesal di sana. Nasehat Imam Ahmad Radhiallahuanhu.

Wednesday, August 24, 2016

Sampai Kapankah?


Sampai kapankah?
Sebuah pertanyaan singkat, namun ini bukan sekedar pertanyaan.
Tidak perlu juga engkau jawab langsung wahai saudaraku.
Yang terpenting adalah engkau membaca lalu pikirkan dalam diri dan pribadi masing-masing.
Aku tidak memaksa untuk engkau memujiku atas pertanyan-pertanyaan ini.
Yang aku mau adalah kau pikirkan, itu saja kok.

Sampai kapankah engkau turut larut dalam kelamnya dunia ini?
Taukah engkau, dunia ini tak ada harganya sedikitpun jika dibanding satu ekor sayap nyamuk.

Sampai kapankah ? Sampai kapan engkau menunda untuk bersimpuh dihadapanNya yang Maha Sempurna.
Taukah engkau, padaNyalah semua kehidupan ini akan dipertanggung jawabkan.

Sampai kapankah? Sampai kapan engkau berlarut dalam gelimang dosa yang mungkin bagimu menyenangkan.
Taukah engkau, Dia telah menyiapkan hidup abadi yang bahagia jika engkau patuh dan taat padaNya.

Sampai kapankah? Sampai kapan engkau dapat pahami arti kehidupan ini yang sebenarnya.
Taukah engkau, hidup ini akan mati. Begitupun engkau, engkau akan lebur menjadi tanah.

Sampai kapankah? Sampai kapan hidup ini?
Taukah engkau, hidup ini hanyalah hari ini, karena esok mungkin engkau tak ada lagi di atas bumi ini.

Sya'ir Imam Syafi'i Yang Membuat Imam Ahmad Menangis dan Nyaris Pingsan





Berikut adalah sya'ir Imam Syafi'i yang membuat Imam Ahmad menangis nyaris pingsan
إذا ما قال لي ربي اما استحييت تعصيني
 Jika Rabb-ku berkata kepadaku, “Apakah engkau tidak malu bermaksiat kepada-Ku?”

وتخفي الذنب عن خلقي وبالعصيان تأتيني
 Engkau menutupi dosamu dari makhluk-Ku tapi dengan kemaksiatan engkau mendatangi-Ku

فكيف أجيبُ يا ويحي ومن ذا سوف يحميني؟
Maka bagaimana aku akan menjawabnya? Aduhai, celakalah aku dan siapa yang mampu melindungiku?

أسُلي النفس بالآمالِ من حينٍ الى حيني
Aku terus menghibur jiwaku dengan angan-angan dari waktu ke waktu

وأنسى ما وراءُ الموت ماذا بعد تكفيني
Dan aku lalai terhadap apa yang akan datang setelah kematian dan apa yang akan datang setelah aku dikafani

كأني قد ضّمنتُ العيش ليس الموت يأتيني
Seolah-olah aku akan hidup selamanya dan kematian tidak akan menghampiriku

وجائت سكرة الموتُ الشديدة من سيحميني
Dan ketika sakaratul maut yang sangat berat datang menghampiriku, siapakah yang mampu melindungiku?

نظرتُ الى الوُجوهِ أليـس منُهم من سيفدينـــي
Aku melihat wajah-wajah manusia, tidakkah ada di antara mereka yang akan menebusku?

سأسأل ما الذي قدمت في دنياي ينجيني
Aku akan ditanya tentang apa yang telah aku persiapkan untuk dapat menyelamatkanku (di hari pembalasan)

فكيف إجابتي من بعد ما فرطت في ديني
Maka bagaimanakah aku dapat menjawabnya setelah aku melupakan agamaku

ويا ويحي ألــــم أسمع كلام الله يدعوني
Aduhai sungguh celakalah aku, tidakkah aku mendengar firman Allah yang menyeruku?

ألــــم أسمع لما قد جاء في قاف ويسِ
Tidakkah aku mendengar apa yang datang kepadaku (dalam surat) Qaaf dan Yasin itu?

ألـــم أسمع بيوم الحشر يوم الجمع و الديني
Tidakkah aku mendengar tentang hari kebangkitan, hari dikumpulkannya (manusia), dan hari pembalasan?

ألـــم أسمع مُنادي الموت يدعوني يناديني
Tidakkah aku mendengar panggilan kematian yang selalu menyeruku, memanggilku?

فيا ربــــاه عبدُ تــائبُ من ذا سيؤويني
Maka wahai Rabb-ku, akulah hambamu yang ingin bertaubat, siapakah yang dapat melindungiku?

سوى رب غفور واسعُ للحقِ يهديني
Melainkan Rabb yang Maha Pengampun lagi Maha Luas Karunianya, Dialah yang memberikan hidayah kepadaku

أتيتُ إليكَ فارحمني وثقــّـل في موازيني
Aku datang kepada-Mu, maka rahmatilah diriku dan beratkanlah timbangan (kebaikanku)

وخفَفَ في جزائي أنتَ أرجـى من يجازيني
Ringankanlah hukumanku, sesungguhnya hanya Engkaulah yang kuharapkan pahalanya untukku


Disadur dari  https://rizkytulus.wordpress.com/2012/04/02/bait-syair-yang-membuat-al-imam-ahmad-rahimahullaah-menangis/

Sunday, August 14, 2016

Haruskah Guru Mengajar dan Mendidik Berbasis Cinta?

(Sumber Gambar : unsplash.com)

Salah satu diantara permasalahan besar Negara kita saat ini adalah telah terjadi krisis moral, terbukti dari berbagai macam kasus yang telah terjadi mulai dari kasus pelecehan atau kekerasan seksual sebut saja kasus siswa Jakarta Internasional School (JIS), Yuyun di Bengkulu atau kasus Eno Farihah di Tangerang, kasus pembunuhan mahasiswa Universitas Gajah Mada (UGM) di Yogyakarta, kasus narkotika bahkan ditetapkan Negara dalam kondisi darurat, hingga kasus pelecehan atau penistaan agama yang baru-baru ini terjadi di Tanjungbalai Sumatera Utara. 

Beragam kasus tersebut tidaklah terjadi dengan sebab kebetulan, kita mesti mengakui secara jujur bahwa semua yang telah terjadi tersebut merupakan masa panen dari benih yang sudah lama ditanam. Mengenai kapan menanamnya, itu tidaklah penting sebab tugas Negara saat ini adalah untuk mengoabati yang telah terjadi dan tugas kita sebagai generasi yang peduli adalah mencegah yang belum terjadi. 

Kita sebagai guru atau calon guru adalah orang yang berada pada lini pendidikan, lini yang sangat strategis untuk diharapkan menjadi garda terdepan membidik generasi muda Indonesia. Mengingat bahwa tugas seorang guru adalah mengajar dan mendidik, tugas mengajar mungkin bisa saja digantikan oleh tehnologi canggih akan tetapi ingatlah hingga saat ini tugas mendidik belum pernah bisa digantikan oleh teknologi secanggih apapun. Jadi, tugas mendidik murni menjadi tugas seorang guru. Pada tugas mengajar dan mendidik inilah seorang guru diharapkan mampu mencegah krisis moral Negara dan bangsa ini. 

Mari kita mulai pencegahan krisis moral ini dengan mengevaluasi diri, lalu membenahi karakter yang kita miliki, diantara karakter yang harus kita miliki sebagai seorang guru dan calon guru diantara yang paling pokok (dalam buku Begini Seharusnya Menjadi Guru)  adalah yang pertama ikhlas dalam melaksanakan tugas, ini perkara yang sudah banyak dilalaikan oleh guru. Obsesi seorang guru bukanlah gaji akan tetapi semestinya semua kita jadikan ibadah yang akan dibalas oleh Allah Ta’ala kelak, dengan keikhlasan kita akan mengajarkan ilmu penuh penghayatan sehingga tidak ada yang sia-sia. Yang kedua adalah jujur, kejujuran seorang guru akan menyebabkan dirinya agung di mata anak didiknya, sehingga tidak hanya wibawa penampilan luarnya saja akan menancap dalam ke dalam hati para siswanya, sehingga membekas kuat. Yang ketiga adalah sejalan antara ucapan dan perbuatan, hendaklah seorang guru adalah orang yang paling pertama melaksanakan apa yang diajarkannya, mengerjakan apa yang dia perintahkan dan menjauhi apa yang dia larang. 

Satu hal lagi yang terpenting untuk membenahi diri dari karakter yang harus kita sebagai guru dan calon guru miliki adalah membungkus segala upaya kita dengan penuh rasa cinta. Cinta merupakan elemen mendasar yang menyusun perasaan manusia, cinta juga menjadi naluri dasar yang merupakan nikmat agung Allah Ta’ala maka karena itulah manusia harus hidup dengan penuh rasa cinta (dalam el-fata vol.16). Bukankah dengan cinta semuanya akan berubah? Termasuk rumah sempit bisa terlihat menjadi luas, suasana sepi akan jadi ramai. Jika begitu adanya, maka seorang guru harus dipenuhi rasa cinta dalam mengajar dan mendidik sehingga terwujudlah generasi negeri yang beriman, cerdas, santun dan bermoral baik.