(Sumber
Gambar: merdeka.com)
Wajah
sekolah dinegeri kita kian hari semakin suram, kasus kasus kriminal menyeramkan
selalu saja menghantui satu persatu siswa dan praktisinya. Bahkan kasusnya
seakan tidak pantas terjadi di lingkungan pendidikan tersebut. Sebut saja kasus
persekusi guru Nur Kalim oleh siswanya sendiri di sebuah SMP swasta Gresik,
kasus guru agama SD cabuli 9 siswinya di Kutai Kertanegara. Dua kasus tersebut
mewakili ribuan kasus kriminal lainnya di sekolah yg ter-ekspose dan yg luput
dari media. Lalu, apa yang sebenarnya sedang terjadi di dalam sekolah saat ini?
Bukankah salah tujuan pendidikan agar mampu membuat yg dididik menjadi lebih
baik, beradab dan berprikemanusiaan?
Johan
Wahyudi (kompasiana) salah seorang praktisi pendidikan pernah melakukan
research kecil-kecilan tentang kebiasaan siswa di sekelilingnya, hasilnya
menyimpulkan bahwa siswa saat ini lebih senang nge-tren, malas belajar, senang
nge-game di HP, antusias pacaran dengan terang-terangan kencan berseragam
sekolah di tempat umum, serta lebih senang makanan instan.
Jika
kasus persekusi guru dan temuan Johan dihubungkn dengan aspek perkembangan
individu maka hampir semuanya tersangkut pada aspek nonfisik yang mencakup
emosi, daya pikir, sosial, nilai, moral dan sikap. Hal ini dapat disimpulkan
bahwa sedang terjadi proses perkembngan nonfisik yang tidak sehat pada siswa
kita saat ini. Jika boleh meminjam istilah kedokteran, penyakit perkembangan
nonfisik siswa berada pada stadium 4.
Lalu
siapa yang dapat menyembuhkan penyakit ini? Yang paling penting ialah orangtua
dan guru. Hal yang paling utama dilakukan ialah merinci kebutuhan psikologis
mereka lalu memenuhi kebutuhan tersebut satu persatu. Mengapa psikologis? Sebab
letak penyakitnya ada pada perkembangan nonfisik. Hal lain yang juga perlu
dilakukan yakni penguatan dogma agama
terutama mengenalkan sifat Tuhan yang Maha Esa sehingga dengan ini mereka sadar
ada kekuatan maha dahsyat yang selalu melihat dan mengawasi detik perdetik
hidup ini. Hal inilah yang paling sulit.
Lalu,
kalau gurunya bermasalah seperti kasus pencabulan di atas? Rasa rasanya ini
tidak memerlukan jawaban panjang. Seorang guru harus memberi teladan yg baik,
mampu ditiru dalam hal positif, ini syarat mutlak seorang guru! Maka jika ada
yg tidak masuk dalam syarat tersebut, lebih baik dan lebih bijak untuk
mengundurkan diri saja.
Muh.Hilal_27
Rajab 1440